![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioBjjCNeDXKbUCH9Wsv7qk10FdgbiAh-JvNeWZuiMPFbySZiqqubdopQXg9NHKlhxXVAeBWPCuVuN4sD07puaGwVQnG8noh1Ui4Phz3rOSN-zMVo4IUl5Lmr1WNz59Hzebj_7_-XS9968/s320/Nabi_Saw.jpg)
Iman adalah kekuatan yang memelihara seseorang dari dunia dan mendorongnya mencapai kemulian. Oleh karena itu ketika Allah menyeru kepada hamba-Nya menuju kebaikan atau mewanti-wantinya tidak melakukan kejahatan. Allah menjadikan sebagai konsekuensi keimanan yang kokoh tertancap di dalam hati mereka.
يَـاَ يُهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُواْاتَّقُواْاللهَ وَكُونُواْ مَعَ الصَّدقِيْنَ
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. At Taubah : 119)
Keimanan yang kuat akan melahirkan akhlak yang kuat pula dan kemorosatan akhlak disebabkan oleh lemahnya keimanan atau kehilangan keimanan.
الـحَيَاءُ وَالإٍيْـمَانُ قُـرَنَـاءُ جَمِيْعًا فَإِذَا رُفِعَ أَحَدُهُـمَا رُفِـعَ الآخَرُ
“Rasa malu dan keimanan saling terkait satu sama lainnya. Jika salah satunya hilang, hilang pula yang lain.” (HR. Hakim dan Thabrani)
Orang yang menyakiti tetangganya dan selalu mengatakan hal-hal buruk kepada mereka, islam memberi penilaian kepadanya sebagai suatu kekerasan.
و اللهِ لاَ يُـوْ مِنُ ، و اللهِ لاَ يُـوْ مِنُ ، و اللهِ لاَ يُـوْ مِنُ . قِـيْلَ : مَنْ يَـا رَسُـوْلُ اللهِ ؟ قَـالَ : أَلـَّذِي لاَ يَـأْمَنُ جَـارُهُ بَـوَئِقَهُ
“Demi Allah dia tidak beriman, demi Allah dia tidak beriman, demi Allah dia tidak beriman.” Ada yang bertanya, “Siapa ya Rasulullah ?” Rasulullah SAW menjawab, “Orang yang apabila tetangganya tidak merasa aman dari kejahatannya.” (HR. Bukhari)
Nabipun dengan tegas mengatakan kita akan masuk nerakanya, walaupun kita rajin shalat, rajin puasa sunah, dan bersedekah tetapi disisi lain kita menyakiti tetangga. Seperti yang terdapat dalam hadits ketika seseorang berkata kepada beliau,
“Ya Rasulullah, si fulanah itu diceriatakan banyak shalatnya, puasanya, dan sedekahnya. Hanya saja ia sering menyakiti tetangganya dengan lisannya.” Rasulullah menjawab, “Wanita itu ada di neraka.” Lalu orang itu berkata lagi, “Ya Rasulullah, si fulanah itu sedikit shalatnya, puasanya, dan sedekahnya. Ia hanya bersedekah dengan sepotong keju saja, namun tidak menyakiti tetangganya.” Rasulullah menjawab, “Wanita itu berada di surga.”
Penegasan jawaban Rasulullah SAW bahwa sedekah adalah ibadah sosial yang manfaatnya merembet kepada orang lain. Oleh karena itu sisi kuantitasnya berbeda dengan ibadah shalat dan puasa, yang secara lahir merupakan ibadah pribadi.
Beliau pun perlu menjelaskan kepada kita, hubungan antara akhlak dan keimanan yang sesungguhnya dan ibadah yang benar lalu menjadikannya sebagai asas kebaikan dunia dan akhirat.
Permasalahan akhlak lebih penting dari itu semua. Bahwa iman, kebaikan, dan akhlak adalah komponen yang netral dan saling terkait. Tidak ada orang yang dapat memisahkannya.
Pada suatu hari beliau pernah bertanya kepada pada sahabat, “Tahukan kalian siapa orang yang bangkrut?” Mereka menjawab, “Orang bangkrut menurut kami adalah yang tidak punya dirham dan harta benda.” Rasulullah bersabda, “Orang bangkrut di kalangan umatku adalah seseorang yang datang pada hari kiamat nanti dengan shalat, zakat, dan puasanya. Ia datang pada hari itu dan sebelumnya pernah mencaci si ini, menuduh si ini, memakan harta si ini, menumpahkan darah si ini, dan memukul ini. Maka yang ini diberi kebaikannya (shalatnya, puasanya, zakatnya) dan itu dari kebaikannya (ibadahnya). Jika kebaikannya sudah habis sebelum melunasi tanggungannya, diambillah dari kesalahan mereka dan dilemparkan kepadanya. Lalu orang itu dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim)
Itulah orang yang bangkrut. Seperti seorang pedagang yang memiliki dagangan di tokonya senilai seribu. Sementara ia punya hutang senilai dua ribu. Bagaimana mungkin orang malang ini menjadi kaya?
Jika keburukan berkembang dalam diri, bahayanya menyebar dan risikonya mengganas. Seseorang bisa terlepas dari agamanya sebagaimana orang telanjang terlepas dari pakaiannya.
No comments :